Kamis, 29 Maret 2012

Arus Interferensi


Muhammad Akraf

1.   Pengertian Arus Interferensi
“The phenomenon which occur when two or more oscillations are applied simultaneously to the same point or series point in a medium”
               (Alex. R, dkk, 2002).
Hal di atas mengandung pengertian bahwa arus interferensi merupakan hasil penggabungan dari dua arus frekuensi menengah yang masing-masing mempunyai frekuensi yang berbeda sehingga akan menimbulkan frekuensi dengan amplitude yang mengalami modulasi amplitude Amplitude Modulation Frequency (AMF) atau sering dikenal dengan frekuensi terapi.
Yang dimaksud AFM ialah frekuensi dimana terjadi perubahan besaran amplitude (intensitas arus) secara ritmis. Amplitudo merupakan hasil selisih antara frekuensi I dan frekuensi II. Frekuensi menengah yang sering digunakan adalah 2000-5000 Hz. Tetapi pada Fisioterapi klinis digunakan frekuensi dasar (I) 2000 Hz dan arus kedua 2100 Hz maka frekuensi modulasinya adalah 100 Hz. Di dunia penelitian frekuensi arus interferensi yang pernah digunakan mencapai 100.000 Hz yang dilakukan oleh Gildemeister.
2.      Sifat Interaksi Pulsa Arus Interferensi
Sifat pulsa dari arus interferensi adalah sinusoidal biphasic simetris sehingga arus interferensi tidak menimbulkan reaksi elektrokimiawi pada jaringan di bawah elektroda. Frekuensi menengah aru interferensi mempunyai penetrasi yang lebih dalam disbanding dengan arus dyadinamis serta tidak mengiritasi kulit  (membebani tahanan kulit). Arus interfererensi dapat menimbulkan kontraksi tetanik yang lebih kuat terutama pada durasi 2000 Hz. Amplitudo modulasi dapat dimodifikasi melalui pengaturan spectrum sehingga pulsa dapat lebar atau kecil, melonjak tajam atau datar.
                  AMF dapat dimodifikasi dalam pengaturan spectrum sehingga durasi pulsa bisa melebar atau menyempit dan bias juga mengalami perubahan amplitude secara tajam atau landai.
                  Modifikasi AMF adalah sebagai berikut :
a.       Model spectrum 6/6 landai (6 detik naik ke puncak  frekuensi, kemudian 6 detik berikutnya menuju ke nilai awal).
b.      Model spectrum 6/6 tegak  (1 detik pertama sampai kepuncak frekuensi bertehan selama 5 detik, kemudian turun ke frekuensi semula 1 detik berikutnya).
c.       Model spectrum 1/1 (1 detik pada frekuensi awal lalu naik ke frekuensi maksimal bertahan selama 1 detik, kemudian turun dan siklus ini bertahan selama terapi diberikan).
3.      Mekanisme Kerja Arus Interferensi
Mekanisme kerja arus interferensi dalam pengurangan nyeri :
a.       Teori Gate Control
Arus interferensi yang diberikan denan intensitas mitis dan normalis  akan mengaktifkan serabut saraf afferent yang bermielin besar seperti A alfa dan A beta karena serabut saraf tersebut mempunyai nilai ambang yang rendah. Aktifasi serabut tersebut saraf afferent yang besar akan mengaktifkan sel interneuron di substansi gelatinosa yang mengakibatkan gerbang tertutup sehingga akan memblokir masukan rangsang yang dibawah oleh nosiseptor ke sel transmisi (sel T) yang selanjutnya akan membawa impuls nosiseptif ke otak dengan kata lain terjadi inhibisi presinapsis. Untuk mekanisme ini dianjurkan menggunakan frekuensi terapi. Lihat Gate control teory.
b.      Pemblokiran Langsung pada Aktivitas Nosiseptif
Mekanisme antidromik dari arus interferensi akan menghambat impuls nosiseptif sehingg terhambat proses transmisinya.
c.       Peningkatan pengangkutan materi kimiawi stimulator maupun mediator nyeri dari daerah jaringan yang mengalami kelainan atau kerusakan sehingga nyeri akan berkurang.
d.      Mengaktifkan system supresi nyeri desenden.
e.       Efek placebo.
Sedangkan ahli yang lain berpendapat bahwa pengurangan nyeri dapat juga melalui mekanisme normalis fungsi neurovegetatif yaitu meningkatnya elastisitas jaringan kolagen akibat perbaikan sirkulasi darah pada jaringan yang bersangkutan sebagai hasil tertekannya saraf simpatis (Slamet Prajoto, 2006).
Arus interferensi lebih disukai oleh pasien oleh karena dirasakan lebih nyaman. Hal ini disebabkan durasinya yang sangat pendek dan tidak menimbulkan efek kimia di bawah elektroda atau menghasilkan muatan listrik netral (zero Neutral Charge) sehingga tidak mudah mengeksitasi nosiseptor. Tingginya frekuensi interferensi akan menurunkan tahanan kapasitigf (capacitive reactance) sehingga memungkinkan arus masuk ke jaringan yang lebih dalam dengan catatan tahanan ohmik juga harus diturunkan dengan jalan membersihkan kulit pada daerah yang diterapi dengan air hangat atau sabun.
4.      Indikasi dan Kontra-Indikasi Arus Interferensi
A.    Indikasi Arus Interferensi
Indikasi arus interferensi meliputi kondisi yang disertai dengan :
a)      Keluhan nyeri misalnya dalam otot, tendon, ligamen,      kapsul dan saraf.
b)      Keadaan hypertonus.
c)      Kelemahan otot.
               Kelainan di atas dapat terjadi sebagai akibat :
1.      Gangguan keseimbangan neuro vegetative mengakibatkan kelainan fungsi pada sirkulasi dan organ (brkaitan dengan kondisi kronik)
2.      Post traumatic dan post operatif, misalnya : kontusio, sparain, subliksasi, rupture, kontrakture,post imobilisasi, arthrosis, spondylosis, periarthritis, bursitis, tendonitis, mialgia, atropi, dan lain-lain.
B.     Kontra indikasi Arus Interferensi
           Kontra indikasi arus interverensi meliputi :
a)      Demam.
b)      Tumor.
c)      Tuberculosis.
              Dengan pertimbangan :
1)  Peradangan local.
2) Thrombosis
3) Kehamilan.
4) Pacemaker
5)  Metal yang dipasang dalam tubuh, bila pasien merasa tidak     enak.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar