Kamis, 29 Maret 2012

DEFENISI FISIOTERAPI


Fisioterapi adalah : bentuk pelayanan kesehatan yang
ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan
fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, electroterapi dan mekanis), pelatihan
fungsi, komunikasi. (KEPMENKES 1363)

KEWAJIBAN FISIOTERAPI


1.Menghormati hak pasien.
2.Merujuk kembali kasus yang tdk dapat ditangani atau belum
   selesai ditangani, sesuai sistem rujukan yang berlaku.
3.Menyimpan rahasia sesuai peraturan perundang-undangan.
4.Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
5.Memberikan informasi dalam lingkup asuhan fisioterapi.
6.Melakuka pencatatan dengan baik.

PERAN FISAIOTERAPI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA


¢Bayi dan Balita
¢Kesehatan Reproduksi
¢Ibu hamil
¢Tumbuh Kembang
¢Cedera - trauma
¢Penyakit
¢Kesehatan kerja
¢Olah Raga
¢Proses penuaan
¢Post operatif
¢Kesehatan Masyarakat
¢Promotif/preventif
¢Kuratif
¢Rehabilitatif

FISIOTERAPI MANDIRI


Fisioterapi adalah bentuk pelayanan yang dilakukan oleh
atau dibawah pengarahan dan superfisi oleh Fisioterapis
termasuk Pemeriksaan, Penegakkan diagnosis,
Perencanaan Fisioterapi, serta pengobatan dan evaluasi
Fisioterapi.


 (KEPMENKES 1363 PASAL 12)

KEWENANGAN FISIOTERAPI


Fisioterapis dalam melaksanakan praktek Fisioterapi berwenang melakukan:

Assessment/pemeriksaan Fisioterapi.
Diagnosis Fisioterapi.
Perencanaan Fisioterapi.
Intervensi/Pengobatan Fisioterapi Evaluasi/ Re-evaluasi.

ASUHAN FISIOTERAPI PADA ANKLE SPRAIN



Indikasi
-          Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Ankle Sprain
-          Intervensi fisioterapi pada Ankle Sprain

Kontra indikasi
-          Fraktur
-          Dislocation
-          Neoplasma

Dosis
-          Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
-          Waktu intervensi 20-30 menit
-          Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali seminggu

Asesmen fisioterapi
1.    Anamnesis
- Ada riwayat trauma (kesleo) kearah inversi
- Nyeri jenis nyeri tajam pada kaki sisi lateral
- Nyeri meningkat pada saat gerak eversi
2. Inspeksi
    - Tampak oedeme dan/atau haemetome pada lateral kaki.
3. Tes cepat
-    Gerak plantar maupun dorsal fleksi nyeri. Gerak inversi nyeri hebat.
4.Tes gerak aktif
-    Gerak inversi nyeri dan gerak eversi tidak terasa nyeri
-    Gerak dorso dan plantar flexi
5.Tes gerak pasif
-    Gerak pasif inversi nyeri, ROM terbatas denga sringy end feel
-    Gerak lain negatif
6. Tes gerak isometric
    - Gerak isometrik eversi nyeri bila tendon M. Peroneus longus dan brevis cidera
7. Tes khusus
-       Palpasi pada lig. Calcaneofibulare dan talofibulare terasa nyeri, kemungkinan lig. lain seperti lig. Calcaneo cuboideum.
-       Pada cidera tendon palpasi diatas tendon mm.peroneus longus dan atau peroneus brevis terasa nyeri
-       Joint play movement.pada sendi calcaneo-fibulare dan talofibulare nyeri dengan springy end feel.
1.    Pemeriksaan lain

Diagnosis
- Nyeri lateral kaki disebabkan oleh sprain ankle.

Rencana tindakan
-          Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
-          Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
-          Perencananaan intervensi secara bertahap


Intervensi
-          Pada fase acute diterapkan RICE
-          Bandaging dengan elestic bandage dan /atau tapping diberikan hingga satu minggu atau lebih
-          US: diberikan pada fase kronik
o   Pada ligamenta atau tendon yang terjadi cidera
o   Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit
-          Transverse friction
-          Active stabilization and balance exercise.
-          Walking exc

Evaluasi
-          Nyeri sekitar ankle.


 Sumber : Sugijanto


 















Arus Interferensi


Muhammad Akraf

1.   Pengertian Arus Interferensi
“The phenomenon which occur when two or more oscillations are applied simultaneously to the same point or series point in a medium”
               (Alex. R, dkk, 2002).
Hal di atas mengandung pengertian bahwa arus interferensi merupakan hasil penggabungan dari dua arus frekuensi menengah yang masing-masing mempunyai frekuensi yang berbeda sehingga akan menimbulkan frekuensi dengan amplitude yang mengalami modulasi amplitude Amplitude Modulation Frequency (AMF) atau sering dikenal dengan frekuensi terapi.
Yang dimaksud AFM ialah frekuensi dimana terjadi perubahan besaran amplitude (intensitas arus) secara ritmis. Amplitudo merupakan hasil selisih antara frekuensi I dan frekuensi II. Frekuensi menengah yang sering digunakan adalah 2000-5000 Hz. Tetapi pada Fisioterapi klinis digunakan frekuensi dasar (I) 2000 Hz dan arus kedua 2100 Hz maka frekuensi modulasinya adalah 100 Hz. Di dunia penelitian frekuensi arus interferensi yang pernah digunakan mencapai 100.000 Hz yang dilakukan oleh Gildemeister.
2.      Sifat Interaksi Pulsa Arus Interferensi
Sifat pulsa dari arus interferensi adalah sinusoidal biphasic simetris sehingga arus interferensi tidak menimbulkan reaksi elektrokimiawi pada jaringan di bawah elektroda. Frekuensi menengah aru interferensi mempunyai penetrasi yang lebih dalam disbanding dengan arus dyadinamis serta tidak mengiritasi kulit  (membebani tahanan kulit). Arus interfererensi dapat menimbulkan kontraksi tetanik yang lebih kuat terutama pada durasi 2000 Hz. Amplitudo modulasi dapat dimodifikasi melalui pengaturan spectrum sehingga pulsa dapat lebar atau kecil, melonjak tajam atau datar.
                  AMF dapat dimodifikasi dalam pengaturan spectrum sehingga durasi pulsa bisa melebar atau menyempit dan bias juga mengalami perubahan amplitude secara tajam atau landai.
                  Modifikasi AMF adalah sebagai berikut :
a.       Model spectrum 6/6 landai (6 detik naik ke puncak  frekuensi, kemudian 6 detik berikutnya menuju ke nilai awal).
b.      Model spectrum 6/6 tegak  (1 detik pertama sampai kepuncak frekuensi bertehan selama 5 detik, kemudian turun ke frekuensi semula 1 detik berikutnya).
c.       Model spectrum 1/1 (1 detik pada frekuensi awal lalu naik ke frekuensi maksimal bertahan selama 1 detik, kemudian turun dan siklus ini bertahan selama terapi diberikan).
3.      Mekanisme Kerja Arus Interferensi
Mekanisme kerja arus interferensi dalam pengurangan nyeri :
a.       Teori Gate Control
Arus interferensi yang diberikan denan intensitas mitis dan normalis  akan mengaktifkan serabut saraf afferent yang bermielin besar seperti A alfa dan A beta karena serabut saraf tersebut mempunyai nilai ambang yang rendah. Aktifasi serabut tersebut saraf afferent yang besar akan mengaktifkan sel interneuron di substansi gelatinosa yang mengakibatkan gerbang tertutup sehingga akan memblokir masukan rangsang yang dibawah oleh nosiseptor ke sel transmisi (sel T) yang selanjutnya akan membawa impuls nosiseptif ke otak dengan kata lain terjadi inhibisi presinapsis. Untuk mekanisme ini dianjurkan menggunakan frekuensi terapi. Lihat Gate control teory.
b.      Pemblokiran Langsung pada Aktivitas Nosiseptif
Mekanisme antidromik dari arus interferensi akan menghambat impuls nosiseptif sehingg terhambat proses transmisinya.
c.       Peningkatan pengangkutan materi kimiawi stimulator maupun mediator nyeri dari daerah jaringan yang mengalami kelainan atau kerusakan sehingga nyeri akan berkurang.
d.      Mengaktifkan system supresi nyeri desenden.
e.       Efek placebo.
Sedangkan ahli yang lain berpendapat bahwa pengurangan nyeri dapat juga melalui mekanisme normalis fungsi neurovegetatif yaitu meningkatnya elastisitas jaringan kolagen akibat perbaikan sirkulasi darah pada jaringan yang bersangkutan sebagai hasil tertekannya saraf simpatis (Slamet Prajoto, 2006).
Arus interferensi lebih disukai oleh pasien oleh karena dirasakan lebih nyaman. Hal ini disebabkan durasinya yang sangat pendek dan tidak menimbulkan efek kimia di bawah elektroda atau menghasilkan muatan listrik netral (zero Neutral Charge) sehingga tidak mudah mengeksitasi nosiseptor. Tingginya frekuensi interferensi akan menurunkan tahanan kapasitigf (capacitive reactance) sehingga memungkinkan arus masuk ke jaringan yang lebih dalam dengan catatan tahanan ohmik juga harus diturunkan dengan jalan membersihkan kulit pada daerah yang diterapi dengan air hangat atau sabun.
4.      Indikasi dan Kontra-Indikasi Arus Interferensi
A.    Indikasi Arus Interferensi
Indikasi arus interferensi meliputi kondisi yang disertai dengan :
a)      Keluhan nyeri misalnya dalam otot, tendon, ligamen,      kapsul dan saraf.
b)      Keadaan hypertonus.
c)      Kelemahan otot.
               Kelainan di atas dapat terjadi sebagai akibat :
1.      Gangguan keseimbangan neuro vegetative mengakibatkan kelainan fungsi pada sirkulasi dan organ (brkaitan dengan kondisi kronik)
2.      Post traumatic dan post operatif, misalnya : kontusio, sparain, subliksasi, rupture, kontrakture,post imobilisasi, arthrosis, spondylosis, periarthritis, bursitis, tendonitis, mialgia, atropi, dan lain-lain.
B.     Kontra indikasi Arus Interferensi
           Kontra indikasi arus interverensi meliputi :
a)      Demam.
b)      Tumor.
c)      Tuberculosis.
              Dengan pertimbangan :
1)  Peradangan local.
2) Thrombosis
3) Kehamilan.
4) Pacemaker
5)  Metal yang dipasang dalam tubuh, bila pasien merasa tidak     enak.